Kamis, 05 April 2012

Menentukan Pilihan Hati

Bismillahirahmanirrahim,

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sahabat, setiap manusia yang hidup di dunia ini, tidak bisa menghindari diri bahwa kita kan menemukan sesuatu yang namanya masalah. Sehingga terkadang kita harus menentukan satu pilihan dalam menemukan satu solusi terbaik diantara pilihan-pilihan solusi yang terbaik. Suatu saat kita akan berjumpa dengan pilihan-pilihan yang besar. Misalnya dalam menentukan pekerjaan bahkan sampai menentukan pasangan hidup.


Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash:

Rasulullah Shalallahu Aalaihi Wassallam bersabda: 

“Di antara kebahagiaan manusia adalah menentukan pilihannya dengan Allah dan diantara kebahagiaan manusia adalah keridhoanya pada apa yang Allah tentukan. Dan di antara tanda kesengsaraan manusia adalah ia meninggalkan Allah dalam pilihannya. Dan di antara tanda kesengsaraan manusia adalah kemarahaannya pada apa yang Allah tetapkan atas dirinya” (HR. Imam Ahmad )

Hadits diatas menuntun kita tentang bagaimana menentukan pilihan yang baik dan benar agar membawa kebahagiaan sekaligus memberi peringatan agar kita tidak salah memilih dan terhindar dari kesengsaraan.

Rasulullah memberi dua ciri orang yang bahagia :
  • Pertama orang yang menentukan segala pilihannya berdasarkan pilihan Allah SWT dan tidak berdasarkan  hawa nafsu dan keinginan duniawi lainnya. 
  • Kedua orang yang ridho dengan ketentuan dan pilihan Allah SWT, artinya orang tersebut menerima dengan lapang dada apa yang telah Allah tentukan kepadanya tanpa banyak mengeluh. Tawakal dalam menerima takdirnya.
Rasulullah juga memberi dua ciri orang yang merugi (sengsara) :
  • Pertama orang yang meninggalkan Allah SWT dalam menentukan segala pilihannya. Maksudnya orang tersebut meninggalkan tuntunan dan syariat-Nya bahkan bertentangan dengan Islam dalam menentukan pilihannya.
  • Kedua orang yang menolak apa yang telah Allah tentukan untuknya. Ia tidak menerima takdirnya.
Lalu bagaimana cara menetukan pilihan ?????

Manusia adalah makhluk yang dengan kesempurnaannya tetap memiliki kekurangan, terutama dalam menentukan pilihan yang di luar kemampuan analisanya. Ia tidak mampu melihat kegaiban masa depan apakah itu baik atau buruk nantinya. Inilah hikmah dari disunnahkannya Istikharah, agar manusia tetap menjalin hubungan dengan Tuhannya saat akan menentukan pilihan, meminta pertolonganNya agar ia bisa memilih dengan baik dan tepat. Allah SWT berfirman:

”Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-sekali tidak ada pilihan bagi mereka (apabila Allah telah menentukan). Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. Dan Tuhamnu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagiNyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagiNyalah segala penentuan dan hanya kepadaNyalah kami dikembalikan (Al-Qasas 68-70). 

Sebagaimana yang telah Rasulullah ajarkan : 

Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata  Rasulullah SAW mengajarkan kepada kami istiharah pada semua perkara sebagaimana beliau mengajarkan al-Quran. Beliau bersabda:

"Apabila salah satu dari kalian dihadapkan pada permasalahan maka hendaknya ia shalat dua rakaat selain shalat fardlu, kemudian hendaknya ia berdoa (artinya) "Ya Allah sesungguhnya aku meminta pilihanMu dengan ilmuMu, dan meminta keputusan dengan ketentuanMu, Aku meminta kemurahanMu, sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan aku tidak ada daya untuk menentukan, Engkaulah yang mengetahui dan aku tidaklah tahu apa-apa, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara gaib. Ya Allah sekiranya Engkau mengetahui bahwa perkara ini (lalu menyebutkan masalahnya) adalah baik bagiku saat ini dan di waktu yang akan datang, atau baik bagi agamaku dan kehidupanku serta masa depanku maka tentukanlah itu untukku dan mudahkanlah ia bagiku lalu berkatilah. Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa perkara itu buruk bagiku untuk agamaku dan kehidupanku dan masa depan perkaraku, atau bagi urusanku saat ini dan di masa mendatang, maka jauhkanlah ia dariku dan tentukanlah bagiku perkara yang lebih baik darinya, apapun yang terjadi, lalu ridhailah ia untukku”. ( HR Ahmad, Bukhari dan Ashabussunan)

Inilah solusi terbaik yang harus dipraktekkan oleh setiap muslim di setiap dia menjumpai suatu persoalan yang menuntut pada suatu pilihan. Bagi yang berhalangan melaksanakan shalat, misalnya perempuan yang sedang datang bulan, maka diperbolehkan baginya untuk hanya membaca doa Istikharah.

Dalam hal apa sajakah kita harus memilih ?????

Allah memberi kita karunia akal dan nalar yang bebas. Dengan akal dan nalar kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan dengan akal dan nalar tersebut kita mempunyai kemampuan untuk menganalisa dan menentukan pilihan dalam perkara dunia. Selain itu banyak petunjuk agama yang mengajarkan kepada manusia bagaimana menentukan perkara apakah itu baik atau buruk.

Rasulullah SAW bersabda :


"Kebaikan adalah apa yang membuat hati tenang dan mejadikan nafsu tenang, keburukan adalah apa yang membuat hati gelisah dan menimbulkan keraguan” ( HR. Ahmad )


Dalam masalah jodoh, Rasulullah SAW bersabda :

"Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang mempunyai agama niscaya kamu beruntung” (HR Muslim). Berlaku pula untuk perempuan, utamakanlah memilih seseorang yg mempunyai agama.

Kedua hadist tersebut menunjukkan bahwa memilih adalah pekerjaan manusia. Agama memberikan petunjuk rambu-rambu untuk memilih dengan baik. 

Rasulullah saw juga mencontohkan dalam sebuah hadist :


"Rasulullah saw ketika dihadapkan dua pilihan, beliau selalu memilih yang termudah selama itu tidak mengandung dosa, apabila itu mengandung dosa maka beliau menjauhinya” ( HR. Muslim )


Beliau pun ketika memilih sesuatu menggunakan analisa dan nalar beliau, namun selalu mengutamakan yang mudah. Begitu juga ketika seorang hamba dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit dan kemudian dia melaksanakan shalat istikharah sesuai ajaran Rasulullah, tidak berarti ia lantas menyuruh Allah memilihkan pilihannya dan ia hanya cukup berdoa saja dan menunggu petunjuk dan berpangku tangan. Itu adalah anggapan yang kurang tepat. sholat istikharah adalah doa agar dalam kita memilih, kita diberikan kekuatan oleh Allah dan tidak salah pilih, namun pekerjaan memilih itu sendiri harus kita lakukan dengan baik melalui analisa, kajian, penyelidikan, musyawarah dll. Setelah proses tersebut kita matangkan, maka dengan disertai doa yaitu shalat istikharah mudah-mudahan pilihan kita tidak salah.

Bagaimana dengan jawaban istikharah ?????

Tidak ada dalil yang menunjukkan tanda-tanda jawaban dari shalat istikharah. Ini memperkuat uraian di atas bahwa yang memilih adalah kita, bukan Allah memilihkan kita, tetapi kita berdoa agar Allah memberikan kekuatan kita dalam memilih.

Ulama besar Syafii, Iz bin Abdussalam mengatakan setelah istikharah seorang hamba hendaknya mengambil keputusan yang diyakininya dengan pasti. Ulama lain Kamaluddin Zamlakani mengatakan selesai shalat istikharah hendaknya seseorang mengambil keputusan yang sesuai keyakinannya, baik itu sesuai dengan bisikan hatinya atau tidak, karena kebaikan adalah pada apa yang ia yakini, bukan dari apa yang cocok di hatinya. Bisikan hati kadang dipengaruhi oleh perasaan subyektif dan tidak ada dalil yang menyatakan seperti itu. Imam Qurtubi juga mengatakan hal yang sama dan menambahkan hendaknya hatinya dibersihkan dari hal-hal yang mempengaruhinya. Ibnu Hajar juga mengatakan bahwa sebaiknya tidak mengikuti kecenderungan hati karena biasanya itu dipengaruhi oleh hal lain sebelum melaksanakan shalat istkharah.

Itu benar, misalnya seseorang yang sudah dirundung rasa cinta mendalam terhadap seseorang, mana mungkin ketika dia istikharah akan mendapatkan jawaban untuk tidak memilihnya.

Setelah memilih dengan analisa dan pertimbangannya yang matang, hendaknya juga diikuti sikap tawakkal, bahwa itu mudah-mudahan pilihan yang tepat dan mudah-mudahan Allah akan memudahkan semuanya.

Banyak orang menanti jawaban istikharah melalui mimpi, atau melalui membuka Quran secara acak lalu mencoba mencari jawabannya melalui ayat yang tak sengaja terbuka, atau dengan butiran-butiran tasbih dan lain-lain. Itu semua tidak mempunyai landasan dalil dan hadist.

Selain dengan istikharah, hendaknya dalam pemecahan suatu masalah disertai dengan musyawarah dengan orang-orang yang kompeten dan bijak dalam masalah yang dihadapi itu. Hal ini sebagai wujud realisasi dari firman Allah ta’ala :

"… dan bermusyawarahlah kepada mereka dalam urusan itu (peperangan, perekonomian, politik dan lain-lain). Bila kamu telah membulatkan tekad, bertawakkallah kepada Allah…” (Ali Imran, 3: 159)

Mereka dalam ayat diatas bisa saja mengaju kepada kedua orang tua, suami/istri bahkan kepada sahabat yang memang kita percaya untuk berbagi dalam mengambil solusi atas keputusan yang telah kita buat.

"Sahabat, tak usah sedih dan kecewa yang berlarut-larut karena keinginan yang tidak tercapai. Selalu yakinlah karena Allah SWT akan memberi yang terbaik bagi tiap individu atau mungkin juga kita akan mendapatkannya dikesempatan yang lain. Apa yang menurut kita baik belum tentu baik dimata Allah, tapi apa yang baik dimata Allah pasti baik untuk kita. YAKINLAH"

Wallahu'alam


Suqran untuk semua literatur sumber yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Afwan jika tidak berkenan dalam pengambilan sumbernya. Semoga Allah meridhoi langkah kita semua untuk berdakwah di jalannya. Amiin

11 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Photobucket
Ad